Saturday, March 31, 2012

Samara Part 4 : Tanpa Judul

Menjelang penghujung Maret akhir-akhir ini begitu menggelitik. Sam baru saja menjejalkan map transparan yang nyaris lusuh ke dalam ransel yang penuh sesak. Sam mendesah pelan sambil memicing pada jam dinding di sudut kelas. Masih pukul 10.00 dan sekolah sudah usai. Lima menit yang lalu ruang kelas bagai dilempar segunung molotov saking kerasnya penghuni kelas berteriak kegirangan menyambut keputusan sekolah untuk memulangkan murid lebih awal. Well, ada peresmian gedung baru dan bagi murid kelas 12 seperti Sam, pulang sepagi ini adalah mukjizat tak terkira mengingat menjelang pertempuran saat Ujian Nasioanl, meletakkan pantat pun tak sanggup saking sibuknya.

" Sam, siang nanti ada bagi-bagi coklat gratis di Taman Pintar, mau ikut tidak?" celetuk Laila sambil menjotos bahu Sam dan Sam nyaris terjengkang karenanya. Padahal Sam sedang menimbang-nimbang apa yang akan dilakukannya nanti. Tadinya, Sam mau membalasnya dengan menyembur Laila lewat mulutnya yang menganga lebar, tapi begitu mendengar kata coklat, air muka Sam menghangat dan matanya menjeblak lebar seperti dipeluk Karim Benzema.

"Seriusan?" tanya Sam meyakinkan. Indra pengecapnya mulai terangsang dengan sedikit mengeluarkan liur yang muncul begitu saja di dalam mulut yang siap mengulum coklat banyak-banyak. Laila mengangguk semangat. Namun, muka Sam langsung berubah dan menunjukkan ekspresi astaga-aku-tidak-bisa-ikut! Sam lupa kalau hari ini Musa minta diajarimengerjakan PR Bahasa Inggris.

"Kenapa,Sam? Tidak bisa?" desak Laila. Sam cemberut. Jelas dia tidak bisa. Nah, say goodbye pada coklat gratis kalau begitu! Sam tidak mungkin ingkar janji karena Musa bakal ngamuk kalau Sam melakukannya.

Sam sudah ikhlas tidak kebagian coklat gratis. Untuk itu Sam langsung ngeloyor pergi dan bergegas pulang. Sam baru saja mengencangkan helm-nya ketika manik kembarnya menangkap sosok jangkung berjalan dari arah selatan, menggamit buku coklat mengkilat.

"Virgo! Novel baru?"tanya Sam begitu Virgo hanya berjarak 3 meter darinya. Virgo mengangkat bukunya dan menunjuk dengan kelingkingnya yang panjang.

"Iya, yang kamu bawa. Boleh pinjam?" sembur Sam tanpa tedeng aling-aling. Sam tahu betul Virgo punya banyak koleksi buku bagus.

"Oke, aku sudah selesai baca.Pinjam aja. Madre. Dewi Lestari. Dijamin ketagihan, Sam!"

Woaaa... Virgo benar seribu persen! Usai membantu Musa mengerjakan PR Sam rebahan di karpet dengan bantal kaki favorit Sam, ditemani Madre yang super kereeen! Membaca Madre seperti menjelajahi toko roti pada zaman kolonial dan bau ragi menguar di mana-mana, seolah seorang artisan (tukang buat roti manual yang hebat banget) tengah mengulen adonan di samping Sam! Gila! Dee gila dan Sam cinta berat!

Entahlah, Sam tidak tahu kapan tepatnya Sam cinta baca apa pun yang bisa dibacanya, terutama novel. Dan Madre adalah kejutan luarbiasa di penghujung Maret yang panas. Ada sesuatu yang menggairahkan dari Madre, lebih dari sekadar hiruk pikuk juga kericuhan naiknya BBM! Madre lebih dari itu dan membacanya di siang bolong begini sungguh melegakan.

Monday, March 26, 2012

Samara part 3:Galau Itu Begini!

Ranting belimbing berkeresak pelan, bersua dengan hembusan angin yang hilir mudik. Hawa panas segera menyergap ketiga jarum jam menunjuk pukul satu siang. Tidak ada yang menarik. Sepi dan kosong. Sam bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Yang dilakukannya sejak tadi hanya menyodok-nyodok perut boneka bebeknya dan mengurai pita yang terkait di lehernya, kemudian memasangnya kembali. Begitu seterusnya.

Sam tidak suka melakukan sesuatu dengan alasan ingin sama dengan yang lainnya. Sam tidak suka ikut-ikutan. Dan perasaan galau yang dirasakannya sekarang bukan karena mengikuti trend sekarang. Sam mendesah pelan kemudian menenggelamkan wajahnya ke bantal kaki besar. Sepersekian detik berikutnya Sam sudah guling-guling lagi di tempat tidurnya, menatap langit-langit dengan getir.

"Jangan lakukan itu lagi, Sam! Kau tahu kau tidak suka, kenapa masih juga dilakukan?"

Sam masih ingat benar pernyataan Aviqah tadi pagi dan hal itu cukup untuk membuat otaknya berlipat lebih dari normal. Sam terlanjur masuk pada lubang yang salah dan Aviqah adalah orang pertama yang menyadarinya. Apa yang harus Sam lakukan sekarang? Dia hanya membantu... Yah, membantu orang yang salah. Membantu seseorang menyelesaikan masalahnya meski dulu orang itu tidak menganggap Sam sama sekali. Sam juga tidak tahu kenapa Sam mau membantunya! Kenapa coba?

Wuuuussh..

Tiba-tiba saja Sam dikejutkan oleh angin yang tidak tahu dari mana asalnya dan memaksanya untuk bangkit. Bulu kuduknya merinding dan suasana ini benar-benar merusak kesenangan Sam yang sedang asyik melamun. Tanpa dikomando Sam bergegas keluar kamar dan menghampiri Alnilak yang asyik nonton TV.

"Kau kenapa, Sam?"tanya Alnilak begitu Sam menjulurkan kakinya ke sofa. Sam menoleh, mengamati Alnilak yang terus-terusan mengganti saluran TV.
"Al,"celetuk Sam tiba-tiba. Alnilak tak menyahutnya, jadi Sam melanjutkan kalimatnya. "Menurutmu bagaimana kalau kita membantu musuh?"
Alnilak tampak terperanjat, tapi hanya sebentar karena detik berikutnya Alnilak langsung nyengir lebar.
"Tergantung sih, Sam. Membantunya gimana?"
"Ya apa aja deh."
"Nah, itu namanya goblok!"
"Hah? Sopan dikit dong sama orangtua! Tega bener..."
"Haha, ya jelas lah, Sam. Membantu memang pekerjaan yang tidak salah, tapi pilih-pilih juga mana yang baik dan enggak. Masa gitu aja nggak ngerti?"

Mana yang baik? Sam terhenyak. Mungkin Alnilak benar dan mungkin ini maksud Aviqah. Astaga! Kenapa malah semakin bingung? Sam jadi agak menyesal bertanya pada Alnilak. Sam malah jadi tambah tidak enak sekarang. Huooo.. Jadi, beginikah rasanya galau?

Sunday, March 4, 2012

Samara part 2: Say No To 'GANTENG'

Pertengahan Okteober, hujan sudah tidak mau main-main lagi. Air yang ditumpahkan tidak tanggung-tanggung. Dingin yang menyergap juga berhasil membuat seluruh segi tulang rusuk berkeretak tiada henti. Halaman utama beberapa surat kabar harian kerap diisi gambar besar yang mengisahkan tentang liku-liku hujan. Meski begitu, Sam tetap menikmatinya. Biar hujan mau singgah seharian pun, Sam oke-oke saja.

Malam selasa tepat ketika jarum jam menunjuk angka sembilan, hujan datang lagi dan Sam tengah berkutat pada secangkir Milo hangat dan semangkuk Indomie rebus ayam bawang. Sam baru saja menenggak setengah dari Milo hangat yang rasanya enak banget ketika tiba-tiba ia teringat pada sesuatu yang seharusnya dikerjakan sejak tadi! Sam meletakkan cangkir dan mangkuknya, kemudian berjalan pelan menuju kamarnya dengan gontai. Begitu manik kembarnya menangkap laptop 14 inch yang nangkring agak miring di atas meja kecil di sudut kamar, Sam langsung menyabetnya dan langsung duduk bersandar pada bantal-kaki yang tergeletak di lantai. Sam mengerecutkan bibirnya, kesal atas kebodohannya sendiri. Gara-gara asyik ketawa-ketiwi dengan Alnilak sehabis nonton Cars 2 untuk ke-lima kalinya, Sam sampai lupa kalau besok ada presentasi Sejarah dan Sam sama sekali belum mencicilnya walau tugas ini diberikan sejak minggu lalu.

Tanpa ba-bi-bu lagi Sam langsung membuka laptopnya yang setia, siap untuk lembur. Tapi, beberapa detik setelah Sam mebukanya, ada yang tidak beres. Layar LCDnya tidak beres. Tidak menampakkan gambar atau warna apa pun seperti biasanya. Hanya sekelebat hitam putih yang naik turun dan tidak mau berhenti. Sam menganga lebar, shock berat dengan mata melotot. Sam menggoyang-goyangkan laptopnya konyol, dan..yah..tidak ada perubahan sama sekali. Sam menganga makin lebar, semakin terkejut dan tidak mau percaya dengan apa yang dilihatnya! Oke, laptop Sam kadang-kadang bermasalah dan masalahnya ringan..belum pernah separah ini! Panik. Oke. Sam. Panik.
T.I.D.A.A.A.A.K.K
Sam memekik tertahan. Ekspresinya bahkan lebih mengerikan ketimbang lebatnya hujan di luar. Malapetaka mengenai tugasnya yang tidak kelar dan apa yang bakal terjadi besok pagi melintas spontan di kepalanya. Lebih dari itu. Kengerian di wajah Sam menandakan betapa takutnya Sam mengingat data-data penting ada di sana! Film kartun! Tugas-tugas sekolahnya yang lain! Foto-foto liburannya! Games! Gambar Sponegebob! (yang terakhir ini nggak begitu penting). Lima menit lamanya Sam terjerat atas keterkejutannya sendiri. Begitu sadar, Sam langsung meraih handphonenya, memencet tuts dengan cepat agar segere tersambung dengan makhluk hidup bernama Radib!

"Radib!Laptopku nggak normal lagi!"pekik Sam begitu telephonnya tersambung. Tapi, tapi Sam tampak kecewa ketika Radip hanya membalasnya dengan kekehan yang menjengkalkan.
"Radib, aku serius! Rusak lagi!"ulang Sam kesal.
"Woi..stupid Samara..."
"Aku nggak goblok! Aku bilang laptopku rusak!"
"Lha terus?"
"Gimana dong?"
"Apanya?"
"Radib! Seriusaaan....benerin lagi, please.."
"Tuh kan bener, stupid.. Kenapa sih, Sam, bego-mu nggak ilang-ilang? Jangan main sembur kayak kembang api begitu, Sam..Tahun baru masih dua bulan lagi, dan, kamu minta apa tadi? Laptopmu dibenerin? Aku kan belum ngerti mana yang jadi masalah..tiba-tiba langsung nyerocos kayak kalkun kelaparan!"
"Sorry,Dib, aku panik. Nggak tahu deh, ini laptop tiba-tiba kayak TV kesemutan.."
"Bawa ke sini."
"Apa? Udah malem, Dib."
"Besok, bego!"
"Tapi, aku uadah kelas tiga, Dib. Mana boleh keluyuran asal-asalan? Jadwalku besok super padat."
"Bawa ke sini! Siapa yang butuh,eh?"
Sam diam sejenak, Radib sialan! Setelah mengatakan oke sangat pelan, Sam langsung menutup perbincangannya dengan Radib yang nggak enak didengar kuping. Sam mendengus. Sebenarnya, setiap ada masalah yang menyangkut dengan teknologi dan kroni-kroninya, Sam paling anti minta tolong pada Radib. Tapi, tetap saja Radib adalah jalan keluar yang terakhir. Meski mulutnya sama sekali tidak bisa dibungkam saking pedasnya dia ngomong, sepupu Sam yang satu ini memang lumayan jago. Lagipula, kalau Radib yang mengerjakan masalahnya, Sam tidak perlu merogoh kocek untuk imbalan jasa Radib.

Rabu sore sepulang les, masih ditemani hujan yang sama lebatnya dengan kemarin, Sam memacu sepeda motornya perlahan menuju rumah Radib dengan harapan laptopnya bakal sehat kembali. Namun ternyata, hal ini cuma impian Sam saja. Singkatnya, Radib tidak bisa menyehatkan laptop Sam. Yang ada, Radib justru menceramahi kecerobohan Sam nyaris selama empat puluh dua detik! Radib bahkan sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan terhadap Sam yang nampak kusut dan nelangsa dengan balutan seragam putih abu-abunya yang masih basah. Sam diam saja saking kesalnya. Uuugh. Sam manyun, bahkan ketika Radib menyarankannya untuk membawa laptopnya ke tempat service laptop yang kata Radib lumayan bagus. Sam membatin dan mengutuk pelan. Seharusnya Sam memang tidak minta tolong pada makhluk bermulut merica ini!

Oke, Sam masih kesal atas perlakuan Radib. Meski begitu Sam tetap menuruti sarannya untuk pergi ke tempat service laptop yang tidak jauh dari utara Carita. Sam tidak pergi sendiri. Kebetulan laptop Cyan juga bermasalah dengan hardwarenya dan mereka pergi bersama. Sam dan Cyan memilih hari Minggu karena hanya hari Minggu saja mereka punya waktu yang luang. Macet sudah pasti dan memang harus dinikmati sekenanya. Butuh perjuangan yang cukup hebat untuk terbebas dari kemacetan dan sampai di tempat tujuan dengan selamat. Sesampainya di tempat yang sejak tadi membuat Sam penasaran, Sam menarik nafas panjang dan langsung mengajak Cyan untuk masuk. Tempatnya tidak begitu besar dan agak tertutup oleh kedai takoyaki di depannya. Hm, masa bodoh..yang penting masuk dulu!

Begitu Sam dan Cyan mendorong pintu kacanya, seorang anak laki-laki menyuruh Sam dan Cyan untuk duduk kemudian memanggil si tukang pembetul laptop. Begitunya si empunya datang, Sam langsung melirik Cyan yang tampaknya berpikiran sama dengannya. Cyan berkali-kali menyodok kaki Sam sedangkan Sam sendiri masih takjub atas kehadiran makhluk ganteng di depannya. Baiklah, Radib dimaafkan kali ini. Hohoho Sepertinya Radib menyarankan tempat yang tepat, ya? Habis, si Abang di depan Sam memang ganteng kok. Lebih ganteng daripada Karim Benzema! Gila....ganteng....

"Gimana, Mbak? Laptopnya kenapa?"tanya si ganteng memecah kesunyian. Sam melek, tersadar dari lamunannya. Cyan sedikit gelagapan dan nyegir lebar.
"Err...rusak, Mas,"jawab Sam sedikit canggung.
"Ya, rusaknya kayak gimana?"
"Belum tahu juga, pokoknya kayak TV kemasukan semut."
"Kemasukan semut gimana? Kenapa nggak dikeluarin aja, Mbak?"
...kriik...nggak lucu, sumpah, nggak lucu...
"Aduh, bukan gitu, Mas...maksud saya LCDnya nggak beres."
"Nggak beresnya gimana?"
"Ya itu tadi, kayak kemasukan semut."
"Kok kemasukan semut? Mbak gimana sih?"
DOEENG...Ini orang ganteng gimana sih? Sam kan lagi kesusahan...kenapa malah diajak muter-muter? Nggak perlu muter-muter aja Sam udah puyeng setengah mati!
"Mbak? Jadi mbenerin laptop nggak nih?"tanya si ganteng agak keras. Sam mengangkat alisnya...Yaelaahh..galak amat, Ini mah lebih parah ketimbang Radib!
"Dicek sendiri aja deh, Mas!"
"Nah, dari tadi dong..Sini biar saya lihat.."
Haduh, ya gitu lah. Bahkan Cyan pun sama bengongnya dengan Sam. Tambahan lagi, ternyata si Abang ganteng dengan hidungnya yang mancung, kulit kuning langsat, plus mukanya yang oriental banget itu ternyata galaknya minta ampun! Si Abang Ganteng yang sampai sekarang tidak diketahui namanya ini ngomel terus-terusan sembari mempreteli laptop Sam, nggak ramah banget lah pokoknya! Gantengnya hilang seketika! Sam sebal bukan main.. Apalagi pas si Abang Ganteng bilang dengan sangat mudah di depan Sam, " Ini LCDnya harus diganti,Mbak! Satu juta harganya!"

Ini Abang GLUDAK banget! Sam mana bawa uang sebanyak itu sekarang? Lebih tepatnya, Sam nggak punya uang sebanyak itu! Gilaa... Kalau gini caranya mah nggak jadi ganteng! Uooh,

Sejak kejadian laptop rusak, Sam jadi senewen lihat orang ganteng. Sam cemberut dan tidak histeris seperti biasanya kalau berpapasan dengan orang ganteng, kecuali lihat posternya Karim Benzema. Bener-bener ya, bungkus luar itu bukan jaminan....