Monday, March 26, 2012

Samara part 3:Galau Itu Begini!

Ranting belimbing berkeresak pelan, bersua dengan hembusan angin yang hilir mudik. Hawa panas segera menyergap ketiga jarum jam menunjuk pukul satu siang. Tidak ada yang menarik. Sepi dan kosong. Sam bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Yang dilakukannya sejak tadi hanya menyodok-nyodok perut boneka bebeknya dan mengurai pita yang terkait di lehernya, kemudian memasangnya kembali. Begitu seterusnya.

Sam tidak suka melakukan sesuatu dengan alasan ingin sama dengan yang lainnya. Sam tidak suka ikut-ikutan. Dan perasaan galau yang dirasakannya sekarang bukan karena mengikuti trend sekarang. Sam mendesah pelan kemudian menenggelamkan wajahnya ke bantal kaki besar. Sepersekian detik berikutnya Sam sudah guling-guling lagi di tempat tidurnya, menatap langit-langit dengan getir.

"Jangan lakukan itu lagi, Sam! Kau tahu kau tidak suka, kenapa masih juga dilakukan?"

Sam masih ingat benar pernyataan Aviqah tadi pagi dan hal itu cukup untuk membuat otaknya berlipat lebih dari normal. Sam terlanjur masuk pada lubang yang salah dan Aviqah adalah orang pertama yang menyadarinya. Apa yang harus Sam lakukan sekarang? Dia hanya membantu... Yah, membantu orang yang salah. Membantu seseorang menyelesaikan masalahnya meski dulu orang itu tidak menganggap Sam sama sekali. Sam juga tidak tahu kenapa Sam mau membantunya! Kenapa coba?

Wuuuussh..

Tiba-tiba saja Sam dikejutkan oleh angin yang tidak tahu dari mana asalnya dan memaksanya untuk bangkit. Bulu kuduknya merinding dan suasana ini benar-benar merusak kesenangan Sam yang sedang asyik melamun. Tanpa dikomando Sam bergegas keluar kamar dan menghampiri Alnilak yang asyik nonton TV.

"Kau kenapa, Sam?"tanya Alnilak begitu Sam menjulurkan kakinya ke sofa. Sam menoleh, mengamati Alnilak yang terus-terusan mengganti saluran TV.
"Al,"celetuk Sam tiba-tiba. Alnilak tak menyahutnya, jadi Sam melanjutkan kalimatnya. "Menurutmu bagaimana kalau kita membantu musuh?"
Alnilak tampak terperanjat, tapi hanya sebentar karena detik berikutnya Alnilak langsung nyengir lebar.
"Tergantung sih, Sam. Membantunya gimana?"
"Ya apa aja deh."
"Nah, itu namanya goblok!"
"Hah? Sopan dikit dong sama orangtua! Tega bener..."
"Haha, ya jelas lah, Sam. Membantu memang pekerjaan yang tidak salah, tapi pilih-pilih juga mana yang baik dan enggak. Masa gitu aja nggak ngerti?"

Mana yang baik? Sam terhenyak. Mungkin Alnilak benar dan mungkin ini maksud Aviqah. Astaga! Kenapa malah semakin bingung? Sam jadi agak menyesal bertanya pada Alnilak. Sam malah jadi tambah tidak enak sekarang. Huooo.. Jadi, beginikah rasanya galau?

No comments:

Post a Comment